Bukan kebetulan kalau pagi saya mendengar kotbah pastor magdelinna. Tentang mengampuni. Orang yang
menyimpan kebencian, kepahitan dalam hatinya kepada orang lain, siapapun
itu, cenderung merusak hidupnya sendiri, tanpa ia sadari. Jadi ketika
kita mau mengampuni orang yang pernah menyakiti hati kita, maka kita
sedang membebaskan seorang tawanan dari penjara. Siapakah itu? Diri kita
sendiri.
Di situ diceritakan tentang seorang
perempuan yang mengalami kecenderungan sejak ia kecil. Ketika dewasa dia
jatuh ke dalam kehidupan seks bebas. Ada juga kisah tentang seorang
pemuda, yang diusir ayahnya yang pemabuk karena berusaha membela
ibunya dari ajaran si ayah. Dia nyaris bunuh diri karena tidak tahu
kehidupannya akan jadi seperti apa di luar rumah. Tapi Tuhan sendiri
yang “bersuara” secara bisikan kepadanya tepat saat dia mau melompat
dari pinggiran jambatan. Tuhan berkata bahwa SAYAlah yang akan jadi
ayah kamu… (mengharukan)I wanna cry again…
. Beberapa tahun lalu,
saya ingat bahwa saya pernah bertemu mendengar kotbah di sebuah gereja
yang amat sangat nyaman. Saya diajak sahabat untuk mendengar kotbahnya. Selama “sesi” wawancara, saya dan sahabat
terdiam seribu bahasa. Terkejut mendengar kalimat-kalimat “pahit” yang
keluar dari mulutnya, mengritik habis seorang pendeta. Hmm…mungkin
kepahitan itu juga yang membawanya ke dalam sebuah kehidupan “rusak”
yang dia ceritakan sendiri secara gamblang lewat buku tersebut.
Yang saya pelajari hari ini adalah,
mengampuni jauh lebih penting untuk dilakukan ketimbang menyimpan sakit
hati. Betapapun memang sulit untuk mengampuni, tetapi hari ini saya
belajar bahwa kebencian dan kepahitan yang mungkin akan saya simpan di
kemudian hari (saya tidak dapat menghentikan orang lain yang secara sadar
atau tidak menyakiti saya seolah saya memiliki remote control yang boleh
berganti channel kehidupan), pastinya akan membawa saya ke dalam sebuah
kehidupan yang “rosak”, tanpa saya sadari. I don’t want that.
Dan untuk kesalahan apapun yang saya
lakukan kepada orang lain, saya mau berkata, “I am sorry…”. Maafkanlah
saya. Ampuni saya, dan silakan menikmati hidup dalam anugrah Tuhan yang
berlimpah-limpah itu….
No comments:
Post a Comment